Minggu, 07 Juli 2013

Bima Satria Garuda Eps 1: is What We are Talking About






Prakata:
Halaman HTML ini khusus dipersembahkan untuk para fans JKT48 (lebih khusus lagi untuk yang Oshimen-nya Stella) dengan segenap jiwa dan raga dari seorang penulis blog menyedihkan.




Buat yang gak tau, Stella Cornellia itu salah satu personel JKT48, sebuah Idol Group yang juga semacam trend kultur pop yang lagi happening di Indonesia. Toh, puluhan channel bertebaran di Youtube dan ratusan Fanspage bermunculan facebook, dan juga hampir semua cowok yang kebanyakan menderita problema jomblo akut ngefans dengan Idol Group yang satu itu. Soalnya semua tau, “Cakep” itu tuh standard ukuran bagaimana seorang/sekelompok cewek disukai oleh mata publik (alias: Cowok) pas mereka sedang melakukan sesuatu di atas panggung.




“hei, yang pake headset itu aku! Beneran!”





Sementara itu, kembali ke Stella Cornellia, dia itu emang cantik, dan… emang cantik. Walaupun gak begitu kelihatan menonjol dari anggota JKT48 yang lain, adalah fakta kalo dia itu tuh… emang cantik. Terlahir dengan anatomi tubuh yang seperti itu, memang gak aneh kan kalo dia itu tuh… emang cantik.







butuh konsentrasi tinggi untuk membaca tulisan ini tanpa melihat gambar diatas





 Sebenernya, buat bikin sebuah postingan tentang dia tuh agak sulit, mengingat penulis blog ini bukan siapa-siapanya dia, dan para WOTA diluar sana sudah siap-siap dengan bom molotov kalo isi dari artikel ini sedikit tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, kan?




Balik maneng nang BIMA.       




"You should read all of this f*ckin’ review!" –Bima, pas baca tulisan ini

    
  Waktu pertama kali tau infonya, aku sama sekali gak punya ekspektasi apapun selain kalo… “ini serial Tokusatsu Lokal” dan “bakalan ada Stella Cornellia didalamnya”. Karena, toh sejak dulu aku gak begitu suka dengan tokusatsu, nonton pahlawan berkostum saling baku hantam dalam skala “orang-orang yang gak pernah tau caranya mukul dan nendang dengan benar” bukan salah satu hal yang paling kutunggu-tunggu waktu kecil pas stuck didepan TV ketika  hari minggu. Kebetulan nonton juga soalnya ya… gak ada acara lain yang bagus.

Dan juga, menimbang fakta kalo aku tuh semacam “A Natural Born Action-and-Horror-Fans”, aku sudah nonton film horror dan action bahkan sejak zaman SD, dan nonton film-film model quadrologi dari franchise ALIEN tuh jauh lebih menyenangkan buatku daripada nonton Kamen Rider.

Jadi, pas kebetulan aku mau nonton BIMA SATRIA GARUDA, ekspektasi tidak masuk akal seperti “Nih film bakalan se-Badass THE RAID” atau “Aku mau lihat aktor dengan otot bisep setara Sylvester Stallone nembak orang lain secara serampangan pake AK-47” sudah kubuang jauh-jauh.







Atau juga: Bruce Campbell dengan "Boom Stick"-nya







Dan… ternyata, BIMA gak seburuk yang ku bayangkan.









Kayaknya aku gak usah protes





Jadi, ceritanya nih seorang professor yang notabene ayahnya Ray (Bima) sedang mendokumentasikan penemuannya yang diklaim lebih hebat dari penemuan Benua Amerika oleh Columbus. Soalnya, yang ditemukannya adalah pintu menuju dunia lain yang berisi mahluk-mahluk super, bukannya orang-orang penderita ayan yang suka dansa Harlem Shake. Hanya saja, dengan kepandaian yang dimilikinya, kenapa ia tidak sekalian membuat prajurit Frankenstein atau senjata biologis untuk kemudian dijual ke Menhankam.






meskipun dia juga melakukan penelitiannya dengan kondisi minim 
peralatan canggih





Nah disinilah awal tragedi yang menimpa keluarga adem ayem Ray. Gerombolan (selanjutnya akan ku sebut) “Devastator from The Outer Space” yang dipimpin oleh Rasputin inipun berniat mengambil alih Bumi untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka. Tidak aneh, soalnya selain Bumi itu tempat yang masih layak dihuni, keadaan planet tempat tinggal Rasputin pun lebih terlihat seperti “District 9 minus Alien Prawl dengan lebih banyak asap disana sini dan juga mahluk-mahluk aneh”






walaupun kadang juga terlihat seperti New York
 pasca film INDEPENDENCE DAY





Dan akhirnya keluarga Ray pun dibunuh oleh salah satu komandan dari Rasputin (yang kemungkinan emosi karena tidak bisa bertemu dengan Presiden SBY untuk menyerahkan surat pengambil alihan planet bumi). Ray akhirnya tumbuh menjadi pemuda alim yang memiliki insting cukup tajam dan analisa yang mendetail soal permasalahan yang sedang dihadapinya. Dan ini juga yang membuat Rena (Stella JKT48) menjadikannya seorang bodyguard dan juga… “quietly-friend-with-a-benefit”
Bisa ditebak, mahluk-mahluk dari dunia lain yang cemburu karena melihat Ray jalan bareng dengan Rena  lantas datang ke bumi untuk menyerbu Theater JKT48 dan lantas menanyakan kabar miring mengenai salah satu anggotanya… eh bukan, maksudku salah satu dari penghuni dunia lain yang bernama Mikhail kabur ke bumi lalu dicegat oleh pasukan Rasputin. Kebetulan juga, Ray tahu hal itu dan dengan instingnya membantu Mikhail, lalu… eng, ing, eng, akhirnya disitulah awal mula kemunculan BIMA SATRIA GARUDA.

Jadi, apa yang perlu dibahas setelah resensi yang cukup panjang diatas? Ada lah, yaitu “Something what I Like and Dislike”, dan dibawah ini adalah list-nya:




What I Like:  Motif

Pada awalnya, sebuah cerita itu kudu punya motif, baik yang tidak masuk akal sekalipun. Bahkan film AUGUST UNDERGROUND’S MORDUM punya motif agar ceritanya bisa jalan, yaitu “Sekelompok orang gila masokistik yang hobi bunuh orang melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pengidap masokistik, yaitu: bunuh orang”. Nah, apa yang dilakukan oleh Rasputin, sang antagonis utama kita diatas juga sama, yaitu motif. Hanya saja, motif dari Rasputin ini kelihatan jauh lebih rasional, soalnya “ingin menguasai bumi karena planetnya minim sumber daya alam”, bukan cuma ”ingin menguasai bumi karena pengen aja”



What I Like: “Indonesia” yang tidak terlalu menonjolkan kalo ini tuh “Indonesia”

Walaupun serial ini tuh notabene dapat sokongan dari pihak luar (Jepang), tetapi tidak serta merta outputnya jadi kelihatan “terlalu ke-Jepang jepang-an”. Maksudnya, kita gak melihat kimono, salah satu referensi karakter anime, gambar-gambar hentai, ataupun tradisi jepang yang biasanya ada di film-film yang settingnya di Jepang. Jadi apa yang kita lihat disini tuh beneran Indonesia, ada perumahan padat penduduk, Monas, jembatan reot, dan juga… bengkel.





tergambar di atas: Indonesia


 Sementara, banyak yang berpendapat kalo Bima itu kurang “Indonesia” karena tokohnya yang kurang “Indonesia”. Nah, sebenarnya pendapat itu gak salah, cuma aku punya beberapa pendapat yang bisa digunakan sebagai bantahan:



  1. Serial ini tuh dibiayai juga oleh pihak yang mendanai serial Kamen Rider (yang notabene dari Jepang), jadi kalo Bima disini kelihatan seperti Kamen Rider, wajar saja karena seenggaknya mereka butuh semacam “marketting” buat produk buatan mereka sendiri.
  2. Ini serial Tokusatsu, bukan “Tutur Tinular” yang kelihatan seperti Tokusatsu. Sementara yang mau membiayai ini juga tuh orang jepang. Nah, untuk itulah sebenarnya penyesuaian itu perlu, Kamen Rider lokal gak perlu terlihat atau memakai aksesoris tradisional seperti Gatot Kaca atau Hanoman, dan juga karakter antagonisnya gak perlu kelihatan seperti Buto Ijo atau Rahwana, tapi cukup perlihatkan kalo itu tuh settingnya di Indonesia. Toh, THE RAID sukses membuat karakter-karakternya terlihat seperti orang Indonesia dengan hanya memakai kaos oblong, sandal jepit, dan celana butut (yang sebenarnya memang pakaian sehari-hari orang Indonesia zaman sekarang), jadi kenapa orang-orang selalu mencemooh BIMA SATRIA GARUDA sambil berpikir kalo karakter Tokusatsu harus terlihat seperti orang-orang di film “Tutur Tinular”? serius, Fuck lah!



What I Like: Kostum yang lumayan keren

Jujur, salah satu hal yang cukup menyenangkan disini adalah gimana costume designer membuat kostum yang tidak hanya kelihatan keren, tapi juga tidak kelihatan seperti “bikinan film minim dana”. Toh, gak heran soalnya (denger-denger) pihak dari produser Kamen Rider yang markasnya di Jepang sana ikut membiayai apapun yang dibutuhkan serial ini. Tapi, tetap saja kostum yang terbilang keren tersebut layak diacungi jempol. 





dan sama sekali bukan yang ini
  





What I Like: of Course Stella Cornellia!




dari awal kau tahu alasannya kan?



 What I Like: “Martial-arts-action-wannabe”



Toh, dari awal kita tau yang kita tonton itu tuh sebuah serial tokusatsu, bukan sequel terbaru dari THE RAID ataupun DIE HARD, jadi kita gak mungkin ngarep sebuah adegan perkelahian brutal ala Mad Dog vs Rama & Andi atau juga aksi John McClane lari dari serbuan roket pesawat tempur.

Hanya saja, ketika lihat salah satu adegan dari perkelahian Bima melawan prajurit dari “Devastator from The Outer Space”, samar-samar bisa terlihat kalo semua koreografernya tuh praktis lumayan bagus dan para karakter disini kelihatan seperti “bener-bener nonjok muka satu sama lain”, walaupun tetep aja kelihatan banyak hal yang kurang mantab di sana sini. Namun, overall ini masih kelihatan superior kalo dibandingkan Power Ranger pas berkelahi. Jujur aku cukup suka sinematografinya, walaupun bahwa ini tuh jadi lebih kelihatan seperti “Angling Darma” dengan setting yang berbeda daripada sebuah serial tokusatsu jepang pada umunya.





Dia memang awesome

 



What I Like: The Soundtrack

Sejujurnya, aku bukan Ungu Cliquers. Tapi melihat keputusan produsernya untuk nyuruh Oncy (personel dari Ungu Band) buat bikin soundtracknya, aku menghargainya sepenuh hati. Soalnya, lagunya emang beneran bagus. Dan pas itu juga aku langsung kepikiran buat download soundtracknya lah.



What I Dislike: Figuran yang kelihatan seperti “figuran di semua serial Tokusatsu pada umumnya”

Harus diakui para karakter utama difilm ini memang badass, tapi yang jadi masalah adalah para figuran (baca: warga sipil pada umumnya) jadi kelihatan seperti “warga sipil disemua serial Tokusatsu pada umumnya”. Sumpah, maksudku adalah kalo memang ada sekumpulan mahluk dimensi lain dengan kekuatan super datang, kenapa orang-orang disini lari-larian gak jelas dan bukannya langsung kabur dari TKP? Beneran, kenapa script yang diberikan oleh sutradara serial Tokusatsu ataupun Power Ranger terhadap para figurannya sama sekali tidak mengalami progress sejak dulu? Toh, walaupun tidak kelihatan menyedihkan daripada baca status facebook dari orang yang “pura-pura pengen bunuh diri soalnya aku tuh fans Death Metal pada umumnya”, tetep aja ngelihat figuran bertingkah seperti itu sama sekali tidak keren.






"Oh, jadi lu anak alay di TV itu, ya?!" -prajurit Rasputin di atas





Jadi, apa penulis blog ini suka BIMA SATRIA GARUDA? Sejujurnya, lumayan suka. Karena ini tuh gak jelek, dan juga mereka naruh effort maksimal disini. Aku selalu menyempatkan diri untuk nonton, itu fakta dan aku sama sekali gak malu akan itu.

Selain itu, ini masih lebih baik daripada nonton anak-anak alay di TV, kan?

2 komentar:

  1. Ok..saya yg pertama komen..:D

    FIlm ini dibantu Bandai dan Tokukatsu dari jepang yang membuat Kamen Rider dan Sentai (Power Ranger)..

    about Bima, bagus kok.. teman-teman seumuran saya juga suka dan tidak mencemoh film itu untuk anak kecil..
    efeknya sudah bagus, saya berharap ada efek percika api saat kena damage.

    sayangnya untuk berubah gayanya masih kaku dan tidak terkesan "WAH"..

    Btw.. mungkin orang dewasa yang nonton ini pasti hanya focus ke Stella (saya juga begitu), kalau untuk anak kecil seperti adik saya yg umurnya 6 tahu suka dengan efeknya..

    Overall bagus kok.. andai Indonesia bisa sering2 buat seperti ini tanpa didanai Jepang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya serial ini bagus kok, secara samar-samar bakal terlihat kalo mereka juga memasukkan unsur pencak silat kedalamnya. Cuma berhubung yang main disini bukan aktor sekelas Grammy Awards, jadi pastinya banyak kekurangan disana sini. Tapi yang kutahu, sesuatu yang dibuat dengan effort maksimal akan menghasilkan sesuatu yang maksimal juga...

      btw blogmu kok keren? pake Javascript tah? sial aku gak ngerti Xp

      Hapus