Kamerad, ini adalah resensi panjang lebar dari film yang
paling kutunggu-tunggu di tahun 2013.
Dimohon kesabarannya dalam membaca.
Sebenernya, nulis resensi tentang film ini rasanya agak aneh
mengingat filmnya sendiri sudah tayang beberapa minggu yang lalu, dan penulis
blog ini baru saja nonton versi downloadan Torrent-nya beberapa hari yang lalu.
Hal ini terjadi tidak lain karena bioskop dikota ini sama sekali tidak kompeten
dalam hal “memilih film yang bermutu”, F*ck 21!! Jadi, sebagai penonton yang
perlu dikasihani, kita yang tinggal dikota Malang ini cuman bisa gigit jari.
Nah, buat kalian yang terlalu malas, kalian bisa nge-skip
semua paragraf dibawah, buka tab baru, search Torrent dan langsung download
film ini aja, soalnya “this-is-worth-it!”. Tapi, buat para
fans-wannabe-blog-ini, kalian bisa baca semua tulisan gak berguna dibawah ini
walaupun cuma sekedar buat bahan olok-olokan, karena sesuatu tuh tidak setiap
hari bisa didapatkan secara gratis. Itung-itung beramal buat nambah pageview
blog ini agar yang nulis review dibawah ini tidak bolak balik ngecek blog
statistic cuma buat berharap kalo hits-nya barusan naik.
Sayangnya, itu tidak berlaku bagi karir orang ini di dunia perfilman |
Dari eksplanasi tidak logis diatas, secara tidak langsung
terlihat kalo aku sedang memberi semacam clue bahwa plot film EVIL DEAD tahun
2013 itu hampir sama dengan THE EVIL DEAD tahun 1981. Perhatikan kata “THE”
diatas, yang (secara samar-samar) merupakan prefix dari istilah “The Great One” untuk mengingatkan kita
betapa badass-nya sesuatu yang diikuti oleh kata tersebut. Toh, ini juga
merupakan penghormatan khusus bagi THE EVIL DEAD dari EVIL DEAD, karena EVIL
DEAD sama sekali tidak ada niat untuk menjadi sama atau bahkan melebihi film
original-nya, karena pikiran semacam “Oh, aku kayaknya bisa juga bikin film
serupa THE EVIL DEAD yang lebih keren dari THE EVIL DEAD. Ayo, lets go!!”
hampir tidak pernah muncul dibenak setiap orang yang pernah nonton THE EVIL
DEAD.
Serius, masa gak ada yang pengen liat ini!? |
Sementara, walaupun penulis blog ini sudah mengukuhkan
dengan sepenuh hati bahwa THE EVIL DEAD itu memang salah satu film paling awesome
dalam sejarahs, tapi plot filmnya sendiri sama sekali tidak ada yang awesome.
Plotnya sendiri mengikuti apa yang ada pada film-film sejenis di zamannya, yang
kalo diterjemahkan itu secara garis besar melibatkan ‘Horror, penyebab
munculnya horror dan remaja-remaja puber yang tidak sengaja mengakibatkan
penyebab munculnya horror terjadi’. Tipikal plot film horror pada saat itu.
Sekedar intermezzo aja, buat yang gak tau siapa itu Fede
Alvarez, tampangnya kira-kira seperti ini menurut Mbah Google:
Kembali lagi ke EVIL DEAD, film yang disutradarai oleh Fede
Alvarez ini merupakan versi modern dari legenda yang sudah ku ungkit-ungkit di
atas, karena sesuai dengan strategi marketing-nya “A new vision from the director of the original classic”. Sementara
untuk sinopsis maupun plot-nya, tidak banyak mengalami perubahan (seperti yang
sudah ku ungkit ungkit diatas), selain nama-nama karakternya yang tidak lagi
melibatkan Ashley J. William, tapi remaja-remaja puber yang ingin menyembuhkan
temannya dari kecanduan narkotika. Terdiri atas David, Eric, Mia, Olivia dan Natalie, film ini pun dimulai. Dan sejak karakter-karakter
kita ini menemukan “Naturom Demonto”,
seketika tingkat kekejaman dan kegilaan film ini meroket lebih cepat daripada kepopuleran
Gangnam Style pas baru saja di-upload ke youtube.
Alasan kenapa judulnya EVIL DEAD, bukan HIGH SCHOOL MUSICAL |
Sementara untuk “Naturom Demonto”, bagi yang gak tau, itu
tuh semacam buku yang isinya tidak lain seperti “How To Summon Devils and Guide
to Many Many Ways To Kill Possessed-People”. Agak aneh juga, soalnya dari
deskripsi mengerikan yang sudah kutulis barusan, bukunya sendiri kelihatan
tidak lebih mengerikan seperti “Buku diary seorang fans sebuah band Black Metal”
kalo saja itu tanpa kawat berduri dan sampul dari kulit manusia.
Israel's Holy Book, jilid II |
Bicara sedikit saja, ending dari EVIL DEAD itu sedemikian
didominasi warna merah, hingga seakan-akan seperti terlihat kalo Fede Alvarez
itu seorang simpatisan PDI-P. Mungkin ini juga yang membuat filmnya sendiri
tidak ditayangkan oleh beberapa kota di Indonesia, soalnya pengawas KPU bakal
mengira kalo ini seakan-akan sebuah kampanye terselubung sebuah partai politik.
Nah, ringkasnya ending EVIL DEAD itu bisa digambarkan sebagai berikut.
juga alasan kenapa kita tidak dianjurkan untuk onani. |
Tentu saja, semua hal di dunia ini tuh secara logis tidak
ada yang sempurna, seperti pepatah “tiada gading yang tak retak”. Begitu juga
dengan yang sedang kita bahas dari tadi, walaupun dengan segala kelebihan yang
tertulis secara tidak resmi di atas. Fede Alvarez seperti kurang memaksimalkan
potensi yang terkandung di film originalnya, dan yang paling jelas jadi
kekurangan cukup fatal tuh gimana dia menggambarkan sosok sang “Possessed
people” atau di trilogy THE EVIL DEAD secara umum disebut “Deadites”.
Gak ngerti juga sih, apa Fede
Alvarez itu terlalu banyak nonton Ju-On atau The Grudge atau mungkin juga The
Ring (atau kemungkinan kecil juga: suster ngesot), tapi secara tidak langsung
kita bisa lihat bahwa dia seperti terpaku dengan model setan-setan di film-film
yang kusebut barusan. Karena, dengan segala deskripsi yang terpahat secara
gamblang di “Naturom Demonto” (yang
cukup membuat bulu kuduk merinding), ternyata “Setan pembawa malapetaka” yang
muncul di EVIL DEAD tuh tidak jauh beda dengan seorang mahasiswa yang merangkak
ke depan pintu kos-kosannya setelah ketahuan pulang tengah malam abis “midnight
party”, tentunya.
Atau, potret dirimu saat minjem uang ke temen |
Secara keseluruhan, EVIL DEAD tuh memang bener bener keren. Aku tidak
hanya suka dengan cara mereka memasukkan hal-hal yang familiar di film original
kedalam film terbarunya, tapi mereka juga cukup lihai memasukkan sesuatu yang
baru (walaupun ada juga yang melanggar etika dari legenda THE EVIL DEAD
aslinya, tapi toh itu juga terjadi di EVIL DEAD II dan juga ARMY OF
DARKNESS). Ingat juga, soalnya ini tuh EVIL DEAD, bukan THE EVIL DEAD. Jadi rasanya gak ada masalah mereka merubah
sedikit beberapa aspek yang ada didalam film tersebut.
Bicara soal sesuatu yang familiar di film original-nya, apa ini sama sekali gak membuatmu ingat dengan sesuatu:
Kalo gak, berarti ada yang salah dengan kepalamu |
Sementara itu, di lain tempat…
Ada sebuah peraturan tidak tertulis dikalangan orang-orang
yang bergelut di dunia perfilman, kalo membuat film remake itu bisa
dikategorikan sebagai “dosa”, soalnya terkadang sutradara yang berniat bikin
film remake gak ngerti kalo dari situ mereka punya sebuah nilai yang harus
setidaknya mereka capai dalam film yang mereka buat. Dan dari situ kita bisa
prediksi apa yang akan terjadi kalau mereka tidak mampu setidaknya menyamai
nilai tersebut. Kita juga sudah lihat contohnya di THE THING (2013), kalo karir
seorang sutradara bisa tercemar gara-gara mereka bikin sebuah remake buruk dari
film awesome, lebih parah daripada seorang sutradara yang memang niat bikin
film buruk original. Soalnya, para fansboy THE EVIL DEAD sudah siap dengan bom
molotov kalo memang Fede Alvarez tidak mampu bikin EVIL DEAD sekeren ini.
Jika diperhatikan, sebenarnya ada penampakan mahluk aneh di atas |
Dari semua omong kosong yang sudah kukarang beberapa menit
yang lalu diatas, sebenarnya aku mau bilang kalo aku ini sama sekali tidak
peduli dengan etika “remake itu sudah pasti jelek”. Toh, selama hasilnya bagus,
mengapa tidak? Aku bisa menikmati THE THING (2013), tentunya kalo lagi mood. Rasanya
seru juga buat ngereview film tersebut kapan-kapan di blog ini.
Jadi, kesimpulan akhir dari semua ini adalah: sudah jelas, masih
perlu ditanyakan gitu?
"Groovy!" |
Sebenarnya, bukan hak prerogatifku untuk nyuruh orang lain
nonton sebuah film, logika yang sama ketika aku gak pernah nyuruh orang lain
nonton CANNIBAL HOLOCAUST atau juga trilogy AUGUST UNDERGROUND. Tapi kalo
memang diantara kalian pengen nonton sesuatu yang (secara menakjubkan) bisa
terlihat horror,sadis, menyeramkan, menjijikan tapi sekaligus juga
muthaf*ckin-awesome dalam waktu bersamaan, maka gak ada salahnya buat ngecek
film ini pas kalian browsing di Torrentbutler, atau pas mampir di lapak DVD
bajakan kalo kebetulan ada. Karena beneran, film ini bakal nyobek lidah kalian
semua tepat di tengah-tengah!!
Hei, apa yang kau lakukan wahai wanita gila!? |